Tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Besok ternyata hari Ibu. Semua anak di kelas Arini sibuk mempersiapkan hari Ibu. Ibu Guru meminta setiap murid untuk memberikan hadiah kepada Ibu mereka masing-masing. Sebagai tanda cinta kasih anak kepada ibunya.Saat istirahat sekolah, Arini, Cindy, Tri, dan Keisha berkumpul di taman sekolah. Seperti biasa, mereka membawa bekal makanan. Cindy, Tri, Keisha selalu membawa makanan yang dihias dengan bagus, dan lauknya pun enak. Sedangkan Arini setiap hari hanya membawa sepotong donat.Meskipun begitu, Cindy. Tri dan Keisha selalu membagi bekal makanannya kepada Arini. Ya, keempat sahabat itu memang suka berbagi.Kali ini mereka sedang membicarakan hadiah apa yang mau diberikan kepada ibu mereka.Cindy bilang, dia akan membelikan ibunya baju. Tri, akan membelikan ibunya dompet. Sedangkan Keisha akan membelikan ibunya parfum. Lalu, apa yang akan Arini belikan untuk ibunya?Arini sendiri bingung, karena dia tidak punya uang untuk membelikan sesuatu. Ibu Arini hanyalah seorang penjual donat. Sedangkan Ayah Arini, bekerja sebagai tukang becak.Teng…teng…teng…Bel masuk berbunyi, Cindy, Tri, Arini dan Keisha segera masuk ke dalam kelas. Tetapi di dalam kelas, Arini tidak konsentrasi belajar. Pikiran Arini melayang ke mana-mana. Ia berpikir hadiah apa, yang disukai Ibu? Sampai tak terasa bel pulang pun berbunyi. Arini bergegas pulang ke rumah. Jarak sekolah dengan rumahnya tidak jauh.Setelah jalan kaki selama sepuluh menit, Arini sampai di depan rumahnya. Saat mendekati rumahnya, Arini langsung sembunyi di balik tembok. Ternyata Arini melihat ibu sedang menjual kalungnya! Ibu memberikan kalungnya kepada Udin si tukang kredit. Lalu Udin memberikan ibu sejumlah uang. Setelah itu Udin pun pergi.Arini sedih karena sekarang Ibu tidak punya kalung. Pelan-pelan Arini berjalan ke arah Ibu yang sedang menghitung uang.“Assalamu’alaikum Ibu,” Arini mencium tangan ibu.“Waalaikumsalam Arini sayang,” ibu buru-buru memasukkan uang ke dalam kantong.Melihat wajah Arini yang sedih, ibu jadi bingung.“Arini kenapa?” tanya ibu.“Kenapa kalung Ibu dijual?” tanya Arini.adSenyum Ibu berubah jadi sedih.“Arini sayang, Ibu butuh uang untuk biaya makan dan modal membuat donat. Ayahmu sedang sepi penumpang. Jadi kita butuh uang.”“Tapi… Ibu jadi tidak punya kalung lagi,” ujar Arini.“Tidak apa-apa sayang. Tidak pakai kalung juga tetap cantik,” Ibu menjawil dagu Arini.Ibu kembali tersenyum dan menyeka air matanya. Arini langsung masuk ke kamarnya yang kecil dan mungil. Arini membungkuk di depan tempat tidur. Tangannya merogoh kolong tempat tidur. Hup! Arini mendapatkan sesuatu. Sebuah celengan dari tanah liat.Arini terus memandangi celengan itu. Setiap hari, Arini selalu memasukkan uang jajannya Rp500 ke dalam celengannya. Arini sebenarnya ingin membeli mainan. Tapi kali ini Arini mau membelikan sesuatu buat Ibu.Praaakkk!!Arini menjatuhkan celengannya ke lantai. Hingga pecah berkeping- keping. Dengan cepat, Arini mengumpulkan koin-koin yang berserakan di lantai. Koin-koin uang lalu di masukkan ke dalam kantong plastik.“Arini! Suara apa itu?!” teriak Ibu dari arah dapur.“Ng…” Arini tidak menjawab.Arini berlari ke dapur, lalu mencium tangan Ibu.“Ibu, Arini pergi dulu ya.”Ibu yang masih memegang codet, menjadi bingung. Belum sempat ibu bertanya, Arini sudah pergi. Ternyata Arini pergi ke toko emas. Di toko emas, Arini memberikan sekantong plastik uang receh kepada pedagang emas.“Koh, saya mau beli kalung emas,” ujar Arini.Koh Ahong si pemilik toko emas heran. Koh Ahong memeriksa jumlah uang di dalam kantong plastik lalu tertawa.“Anak kecil, uang ini tak cukuplah untuk membeli kalung emas.”Arini menjadi sedih. Koh Ahong mengembalikan kantong plastik yang berisi uang. Dengan lemas, Arini pun kembali pulang ke rumah. Hilang sudah harapan Arini untuk membelikan kalung ibunya.Arini lalu duduk di lapangan dan melihat ada ceceran manik-manik. Manik-manik itu berkilauan terkena sinar matahari. Arini memungut satu manik-manik. Kemudian ia melangkah lagi dan menemukan manik-manik yang lain. Setiap Arini melangkah, ia selalu mendapatkan manik-manik baru. Ternyata Arini sampai di depan rumah Cindy. Terlihat Mama Cindy sedang membawa kantong plastik yang berisi manik-manik. Namun, kantong plastik yang dibawa Mama Cindy berlubang.Rupanya manik-manik yang ditemukan Arini adalah manik-manik milik Mama Cindy. Arini memanggil Mama Cindy, lalu memberikan tumpukan manik-manik. Cindy mendengar suara Arini, lalu ia keluar dari dalam rumah dan menyambut Arini. Cindy heran kenapa Arini bersedih.“Arini kamu kenapa?” tanya Cindy.“Kenapa sayang? Cerita saja!” ujar Mama Cindy lembut.Arini pun menceritakan semuanya. Arini ingin memberikan ibunya kalung emas untuk hadiah di hari Ibu. Tapi Arini tidak punya uang.“Arini sayang, bagaimana kalau kamu membuat kalungdari manik-manik?” seru Mama Cindy sambil menjulurkan satu plastik manik-manik.“Ta… tapi aku tidak bisa membuat kalung manik-manik,” jawab Arini. “Ayo aku ajarkan!” seru Cindy.Arini senang sekali. Cindy pun mengajak Arini masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tamu, Cindy mengajarkan Arini membuat kalung manik-manik.“Kalungnya sudah selesai!” seru Arini girang.Arini pun pamit pulan % g ke rumah sambil membawa kalung manik- manik untuk ibunya.Tetapi sesampainya di rumah.“Arini kamu dari mana saja?” nada Ibu marah kepada Arini.“Ibu, kan, khawatir!”Arini takut dan menyembunyikan kalung di belakang punggungnya. “Maaf, Bu.”Dengan takut-takut, Arini memperlihatkan kalung manik-manik buatannya.“Tadi Arini buat kalung ini untuk ibu.”Melihat kalung manik-manik yang dijulurkan Arini, Ibu jadi terharu. Dengan gemetar, tangan Ibu mengambil kalung manik-manik itu.“Arini bikin sendiri?”Arini mengangguk.“Buat apa Arini memberikan Ibu kalung?”“Kalau Ibu pakai kalung ini, Ibu pasti tambah cantik.”Hati ibu sangat tersentuh. Ibu lalu memeluk Arini erat-erat.“Selamat hari ibu, ya, Bu….” bisik Arini lembut.“Terima kasih sayang.” Air mata Ibu pun mengalir di pipi Terima kasih atas Dukungan dan Bimbingan dari Ibu